6 aliran pencak silat paling di gandrungi masyarakat

Hasil gambar untuk pagar nusaSelamat Pagi guys, lama gak posting hehehe. bulan ini baru selesai prakerin jadi baru bisa main blog lagi hehehe... kali ini ane mau posting tentang aliran pencak silat yang di gandrungi masyarakat di sekitar lingkungan ane....
INGAT ini di lingkungan saya saja, jadi gak semuanya di sebut. silahkan membaca dan jangan lupa secangkir kopinya...

1.  Pencak Silat NU PAGAR NUSA
Dilingkungan Pesantren NU,terdapat banyak aliran silat baik aliran silat jawa timur,jawa barat,jawa tengah,Banten,silat betawi,silek minang,silat Mandar,Silat Mataram,dan lain lain,oleh karena itulah untuk menyatukan semua aliran silat tersebut di bentuklah pagar nusa.sebagai wadah perkumpulan pencak silat yang masih dalam naungan NU.Wadah ini tetap membuka keragaman dan memberi keluasaan pada tiap-tiap perguruan untuk mengembangkan diri.artinya walaupun ada perbedaan namun tetap satu saudara.

2. PERSAUDARAAN SETIA HATI TERATE
Hasil gambar untuk psht
PERSAUDARAAN SETIA HATI TERATE didirikan oleh Ki Hadjar Hardjo Oetomo pada tahun 1922 di desa Pilang Bango Madiun, Beliau merupakan Perintis Kemerdekaan Republik Indonesia.

Tahun 1905
beliau lulus sekolah SR (Sekolah Rakyat) kelas II ? HIS.
Tahun 1906
Beliau menjadi Mantri di Pasar Sepur Madiun, selama 4 bulan lalu dipindah ke Pasar Milir Madiun, belum 1 tahun Beliau mengundurkan diri.
Tahun 1916
Beliau menikah dan bekerja di Pabrik Gula Rejo Agung Madiun.
Tahun 1917
Beliau ujian Biomte Rumah Gadai dan lulus, lalu keluar dari Pabrik Gula Rejo Agung. Sambil menunggu panggilan dari Rumah gadai Beliau menganggur selama 1 tahun dan bekerja harian pada Stasiun KA Madiun. Beliau mendirikan perkumpulan Harta Jaya yang bertujuan memberantas rentenir. Tahun ini pula Beliau nyantrik (belajar) pencak silat pada KI Ngabei Surodiwirjo di Winongo Madiun.

Tahun 1922
Atas seijin Ki ngabei Surodiwirjo Beliau mendirikan pencak silat di desa Pilang Bangau Madiun dengan nama pencak SPORT CLUB. karena beliau menganggur Beliau berkeliling untuk mengajarkan pencak silat antara lain di kota kediri, Nganjuk, Kertosono, Jombang,Lamongan, Solo, dan jogja. Pada dasarnya niat beliau menambah keberanian untuk melawan penjajah Belanda. Dengan kegiatan tersebut Beliau sering keluar masuk penjara karena ditangkap Belanda. Beliau dituduh sebagai penggerak pemberontakan terhadap Belanda. Untuk mengelabui Belanda maka tempat - tempat latihan selalu bepindah - pindah dan namanya selalu berganti antara lain menjadi
PSC (Pemuda Sport Club), SHM (Setia Hati Muda).

Tahun 1926
Beliau ditangkap Belanda lagi, waktu itu istrinya mengandung Bpk. Hersono. Karena dipenjara Madiun ada gejala Pemberontakan dan Beliau terlibat dalam khasus tersebut, maka Beliau dipindahkan ke penjara cipinang dan masa tahananya ditambah 5 tahun. selam 2 bulan berada didalam penjara cipinang Jakarta, Beliau dipindah lagi ke penjara Buih Padang Panjang Sumatera.

Tahun 1931
Beliau pulang dari pembuangan, mulai tahun ini pula Beliau tidak mengajarkan pencak silat secara keliling, melainkan tetap mengajar di Pilang Bango Madiun dan Beliau menjadi Redaktur Harian dan Pokrol (pengacara).

Tahun 1942
Pada masa pendudukan jepang, atas usul dari sdr. Suratno nama PSC diganti menjadi PERSAUDARAAN SETIA HATI TERATE, dan usul tersebut disetujui sampai sekarang dipakai dasar PERSAUDARAAN TANPA ORGANISASI.
Tahun 1948

Atas usul dari Sdr.Sutomo Mangkujoyo, Sdr Jendro Darsono, Sdr.Sumaji, maka diadakanlah konfrensi SH Terate I di Pilang Bango Madiun di kediaman Bpk. Hardjo Oetomo. Dengan hasil SH terate diORGANISASIKAN.
adapun pengurus pertama adalah :
Ketua Pusat : Sutomo Mangkujoyo
Wakil Ketua : Jendro Darsono
Sekretaris : Sumaji
Tahun 1950
Karena Sdr. Sutomo Mangkujoyo pindah ke Surabaya dan Sdr. Jendro Darsono pindah ke kediri maka pemimpin pusat dipegang oleh Sdr. Irsad, Sekretaris oleh Sdr.Bambang Sudarsono.
Tahun 1952

Ki Hadjar Hardjo Oetomo meninggal dan dimakamkan di pemakaman umum desa Pilang bango Madiun pada tanggal 13 April 1952.

3. Tapak Suci

Hasil gambar untuk tapak suci
Sebelum kelahiran Tapak Suci
Tahun 1872, di Banjarnegara lahir seorang putera dari KH.Syuhada, yang kemudian diberi nama Ibrahim. Ibrahim kecil memiliki karakter yang berani dan tangguh sehingga disegani oleh kawan-kawannya. Ibrahim belajar pencak dan kelak menginjak usia remaja telah menunjukkan ketangkasan pencak silat. Setelah menjadi buronan Belanda, Ibrahim berkelana hingga sampai ke Betawi, dan selanjutnya ke Tanah Suci. Sekembalinya dari Tanah Suci, menikah dengan puteri KH.Ali. Ibrahim kemudian mendirikan Pondok Pesantren Binorong di Banjarnegara. Sepulang dari ibadah haji, Ibrahim masih menjadi buronan Belanda, sehingga kemudian berganti nama menjadi KH.Busyro Syuhada. 

Pondok Pesantren Binorong, berkembang pesat, di antara santri-santrinya antara lain : Achyat adik misan Ibrahim, M. Yasin adik kandung dan Soedirman, yang kelak menjadiJenderal Besar.

Tahun 1921 dalam konferensi Pemuda Muhammadiyah di Yogyakarta, KH. Busyro bertemu pertama kali dengan dua kakak beradik ; A.Dimyati dan M.Wahib. Diawali dengan adu kaweruh antara M.Wahib dengan Achyat (kelak berganti nama menjadi H. Burhan), selanjutnya kedua kakak beradik ini mengangkat KH. Busyro sebagai Guru.
KH. Busyro Syuhada kemudian pindah dan menetap di Yogyakarta sehingga aliran Pencak Silat Banjaran, yang pada awalnya dikembangkan melalui Pondok Pesantren Binorong kemudian dikembangkan di Kauman, Yogyakarta. Atas restu Pendekar Besar KH. Busyro, A. Dimyati dan M.Wahib diizinkan untuk membuka perguruan dan menerima murid. Tahun 1925 dibukalah Perguruan Pencak Silat di Kauman, terkenal dengan nama Cikauman. Perguruan Cikauman, dipimpin langsung oleh Pendekar Besar M. Wahib dan Pendekar Besar A. Dimyati.

Tersebutlah M. Syamsuddin, murid Cikauman yang dinyatakan berhasil dan lulus, diizinkan untuk menerima murid dan mendirikan Perguruan Seranoman. Perguruan Seranoman melahirkan seorang Pendekar Muda M. Zahid yang mempunyai seorang murid andalan bernama Moh. Barrie Irsyad.
Pendekar Moh. Barrie Irsyad, sebagai murid angkatan ke-6 yang telah dinyatakan lulus dalam menjalani penggemblengan oleh Pendekar M. Zahid, M. Syamsuddin, M. Wahib dan A. Dimyati. Kemudian mendirikan Perguruan KASEGU. Kasegu, merupakan senjata khas yang berlafal Muhammad yang diciptakan oleh Pendekar Moh. Barrie Irsyad.

Kelahiran Tapak Suci
Atas desakan murid-murid Perguruan Kasegu kepada Pendekar Moh. Barrie Irsyad, untuk mendirikan satu perguruan yang mengabungkan perguruan yang sejalur (Cikauman, Seranoman dan Kesegu). PERGURUAN TAPAK SUCI berdiri pada tanggal 31 Juli 1963 di Kauman, Yogyakarta. Ketua Umum pertama Tapak Suci adalah H.Djarnawi Hadikusumo.

Setelah berdiri Tapak Suci menerima permintaan untuk membuka cabang di daerah-daerah. Secara otomatis TAPAK SUCI menjadi wadah silaturahmi para pendekar yang berada di lingkungan Muhammadiyah. Pada tahun 1964, ketika itu Pimpinan Pusat Muhammadiyah diketuai oleh KH.Ahmad Badawi, Tapak Suci diterima menjadi organisasi otonom Muhammadiyah. Nama perguruan menjadi Tapak Suci Putera Muhammadiyah, disingkat Tapak Suci.


4. Merpati Putih
Hasil gambar untuk merpati putih
Merpati Putih (MP) merupakan salah satu perguruan pencak silat bela diri Tangan Kosong (PPS Betako) dan merupakan salah satu aset budaya bangsa, mulai terbentuk aliran jenis beladiri ini pada sekitar tahun 1550-an dan perlu dilestarikan serta dikembangkan selaras dengan perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan serta teknologi dewasa ini. Saat ini MP merupakan salah satu anggota Ikatan Pencak Silat Seluruh Indonesia (IPSI) dan Martial Arts Federation For World Peace (MAFWP) serta Persekutuan Pencak Silat Antar Bangsa atau PERSILAT (International Pencak Silat Federation).

Mersudi Patitising Tindak Pusakane Titising Hening yang dalam bahasa Indonesia berarti "Mencari sampai mendapat Kebenaran dengan Ketenangan" sehingga diharapkan seorang Anggota Merpati Putih akan menyelaraskan hati dan pikiran dalam segala tindakannya. Selain itu PPS Betako Merpati Putih mempunyai motto: "Sumbangsihku tak berharga, namun Keikhlasanku nyata".

Merpati putih (MP) merupakan warisan budaya peninggalan nenek moyang Indonesia yang pada awalnya merupakan ilmu keluarga Keraton yang diwariskan secara turun-temurun yang pada akhirnya atas wasiat Sang Guru ilmu Merpati Putih diperkenankan dan disebarluaskan dengan maksud untuk ditumbuhkembangkan agar berguna bagi negara.

Awalnya aliran ini dimiliki oleh Sampeyan Dalem Inkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan Pangeran Prabu Mangkurat Ingkang Jumeneng Ing Kartosuro kemudian ke BPH Adiwidjojo (Grat I). Lalu setelah Grat ke tiga, R. Ay. Djojoredjoso ilmu yang diturunkan dipecah menurut spesialisasinya sendiri-sendiri, seni beladiri ini mempunyai dua saudara lainnya. yaitu bergelar Gagak Samudro dan Gagak Seto. Gagak Samudro diwariskan ilmu pengobatan, sedangkan Gagak Seto ilmu sastra. 

Dan untuk seni beladiri diturunkan kepada Gagak Handoko (Grat IV). Dari Gagak Handoko inilah akhirnya turun temurun ke Mas Saring lalu Mas Poeng dan Mas Budi menjadi PPS Betako Merpati Putih. Hingga kini, kedua saudara seperguruan lainnya tersebut tidak pernah diketahui keberadaan ilmunya dan masih tetap dicari hingga saat ini ditiap daerah di tanah air guna menyatukannya kembali.
Pada awalnya ilmu beladiri Pencak Silat ini hanya khusus diajarkan kepada Komando Pasukan Khusus ditiap kesatuan ABRI dan Polisi serta Pasukan Pengawalan Kepresidenan (Paspampres).
Didirikan pada tanggal 2 April 1963 di Yogyakarta, mempunyai kurang lebih 85 cabang dalam negeri dan 4 cabang luar negeri dengan jumlah kolat (kelompok latihan) sebanyak 415 buah (menurut data tahun 1993) yang tersebar di seluruh Nusantara dan saat ini mempunyai anggota sebanyak kurang lebih dua setengah juta orang lulusan serta yang masih aktif sekitar 100 ribu orang dan tersebar di seluruh Indonesia.

5. Periai Diri
Hasil gambar untuk perisai diri
Perisai Diri didirikan secara resmi pada tanggal 2 Juli 1955 di Surabaya, Jawa Timur. Pendirinya adalah almarhum RM Soebandiman Dirdjoatmodjo, putra bangsawan Keraton Paku Alam. Sebelum mendirikan Perisai Diri secara resmi, beliau melatih silat di lingkungan Perguruan Taman Siswa atas permintaan pamannya, Ki Hajar Dewantoro.
Teknik silat Perisai Diri mengandung unsur 156 aliran silat dari berbagai daerah di Indonesia ditambah dengan aliran Shaolin (Siauw Liem) dari negeri Tiongkok. Pesilat diajarkan teknik beladiri yang efektif dan efisien, baik tangan kosong maupun dengan senjata. Metode praktis dalam Perisai Diri adalah latihan Serang Hindar yang mana menghasilkan motto “Pandai Silat Tanpa Cedera”.
Pak Dirdjo (panggilan akrab RM Soebandiman Dirdjoatmodjo) lahir di Yogyakarta pada tanggal 8 Januari 1913 di lingkungan Keraton Paku Alam. Beliau adalah putra pertama dari RM Pakoe Soedirdjo, buyut dari Paku Alam II. Sejak berusia 9 tahun beliau telah dapat menguasai ilmu pencak silat yang ada di lingkungan keraton sehingga mendapat kepercayaan untuk melatih teman-temannya di lingkungan daerah Paku Alaman. Di samping pencak silat beliau juga belajar menari di Istana Paku Alam sehingga berteman dengan Wasi dan Bagong Kusudiardjo.

Pak Dirdjo yang pada masa kecilnya dipanggil dengan nama Soebandiman atau Bandiman oleh teman-temannya ini, merasa belum puas dengan ilmu silat yang telah didapatkannya di lingkungan istana Paku Alaman itu. Karena ingin meningkatkan kemampuan ilmu silatnya, setamat HIK (Hollands Inlandsche Kweekschool) atau sekolah menengah pendidikan guru setingkat SMP, beliau meninggalkan Yogyakarta untuk merantau tanpa membawa bekal apapun dengan berjalan kaki. Tempat yang dikunjunginya pertama adalah Jombang, Jawa Timur.

Di sana beliau belajar silat pada KH Hasan Basri, sedangkan pengetahuan agama dan lainnya diperoleh dari Pondok Pesantren Tebuireng. Di samping belajar, beliau juga bekerja di Pabrik Gula Peterongan untuk membiayai keperluan hidupnya. Setelah menjalani gemblengan keras dengan lancar dan dirasa cukup, beliau kembali ke barat. Sampai di Solo beliau belajar silat pada Sayid Sahab. Beliau juga belajar kanuragan pada kakeknya, Ki Jogosurasmo.

Beliau masih belum merasa puas untuk menambah ilmu silatnya. Tujuan berikutnya adalah Semarang, di sini beliau belajar silat pada Soegito dari aliran Setia Saudara. Dilanjutkan dengan mempelajari ilmu kanuragan di Pondok Randu Gunting Semarang. Rasa keingintahuan yang besar pada ilmu beladiri menjadikan Pak Dirdjo masih belum merasa puas dengan apa yang telah beliau miliki. Dari sana beliau menuju Cirebon setelah singgah terlebih dahulu di Kuningan. Di sini beliau belajar lagi ilmu silat dan kanuragan dengan tidak bosan-bosannya selalu menimba ilmu dari berbagai guru. Selain itu beliau juga belajar silat Minangkabau dan silat Aceh.

Tekadnya untuk menggabungkan dan mengolah berbagai ilmu yang dipelajarinya membuat beliau tidak bosan-bosan menimba ilmu. Berpindah guru baginya berarti mempelajari hal yang baru dan menambah ilmu yang dirasakannya kurang. Beliau yakin, bila segala sesuatu dikerjakan dengan baik dan didasari niat yang baik, maka Tuhan akan menuntun untuk mencapai cita-citanya. Beliau pun mulai meramu ilmu silat sendiri. Pak Dirdjo lalu menetap di Parakan, Banyumas, dan membuka perguruan silat dengan nama Eko Kalbu, yang berarti satu hati.

Di tengah kesibukan melatih, beliau bertemu dengan seorang pendekar Tionghoa yang beraliran beladiri Siauw Liem Sie (Shaolinshi), Yap Kie San namanya. Yap Kie San adalah salah seorang cucu murid Louw Djing Tie dari Hoo Tik Tjay. Menurut catatan sejarah, Louw Djing Tie merupakan seorang pendekar legendaris dalam dunia persilatan, baik di Tiongkok maupun di Indonesia, dan salah satu tokoh utama pembawa beladiri kungfu dari Tiongkok ke Indonesia. Dalam dunia persilatan, Louw Djing Tie dijuluki sebagai Si Garuda Emas dari Siauw Liem Pay. Saat ini murid-murid penerus Louw Djing Tie di Indonesia mendirikan perguruan kungfu Garuda Emas.

Pak Dirdjo yang untuk menuntut suatu ilmu tidak memandang usia dan suku bangsa lalu mempelajari ilmu beladiri yang berasal dari biara Siauw Liem (Shaolin) ini dari Yap Kie San selama 14 tahun. Beliau diterima sebagai murid bukan dengan cara biasa tetapi melalui pertarungan persahabatan dengan murid Yap Kie San. Melihat bakat Pak Dirdjo, Yap Kie San tergerak hatinya untuk menerimanya sebagai murid.

Berbagai cobaan dan gemblengan beliau jalani dengan tekun sampai akhirnya berhasil mencapai puncak latihan ilmu silat dari Yap Kie San. Murid Yap Kie San yang sanggup bertahan hanya enam orang, di antaranya ada dua orang yang bukan orang Tionghoa, yaitu Pak Dirdjo dan R Brotosoetarjo yang di kemudian hari mendirikan perguruan silat Bima (Budaya Indonesia Mataram). Dengan bekal yang diperoleh selama merantau dan digabung dengan ilmu beladiri Siauw Liem Sie yang diterima dari Yap Kie San, Pak Dirdjo mulai merumuskan ilmu yang telah dikuasainya itu.

Setelah puas merantau, beliau kembali ke tanah kelahirannya, Yogyakarta. Ki Hajar Dewantoro (Bapak Pendidikan) yang masih Pakde-nya, meminta Pak Dirdjo mengajar silat di lingkungan Perguruan Taman Siswa di Wirogunan. Di tengah kesibukannya mengajar silat di Taman Siswa, Pak Dirdjo mendapatkan pekerjaan sebagai Magazijn Meester di Pabrik Gula Plered.

Pada tahun 1947 di Yogyakarta, Pak Dirdjo diangkat menjadi Pegawai Negeri pada Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Seksi Pencak Silat, yang dikepalai oleh Mochammad Djoemali. Berdasarkan misi yang diembannya untuk mengembangkan pencak silat, Pak Dirdjo membuka kursus silat melalui dinas untuk umum. Beliau juga diminta untuk mengajar di Himpunan Siswa Budaya, sebuah unit kegiatan mahasiswa UGM (Universitas Gadjah Mada). 

Murid-muridnya adalah para mahasiswa UGM pada awal-awal berdirinya kampus tersebut. Pak Dirdjo juga membuka kursus silat di kantornya. Beberapa murid Pak Dirdjo saat itu di antaranya adalah Ir Dalmono yang saat ini berada di Rusia, Prof Dr Suyono Hadi (dosen Universitas Padjadjaran Bandung), dan Bambang Mujiono Probokusumo yang di kalangan pencak silat dikenal dengan nama panggilan Mas Wuk.

Tahun 1954 Pak Dirdjo diperbantukan ke Kantor Kebudayaan Provinsi Jawa Timur, Urusan Pencak Silat. Murid-murid beliau di Yogyakarta, baik yang berlatih di UGM maupun di luar UGM, bergabung menjadi satu dalam wadah HPPSI (Himpunan Penggemar Pencak Silat Indonesia) yang diketuai oleh Ir Dalmono.

Tahun 1955 beliau resmi pindah dinas ke Kota Surabaya. Dengan tugas yang sama, yakni mengembangkan dan menyebarluaskan pencak silat sebagai budaya bangsa Indonesia, Pak Dirdjo membuka kursus silat yang diadakan di Kantor Kebudayaan Provinsi Jawa Timur, Surabaya. Dengan dibantu oleh Imam Romelan, beliau mendirikan kursus silat PERISAI DIRI pada tanggal 2 Juli 1955.

Para muridnya di Yogyakarta pun kemudian menyesuaikan diri menamakan himpunan mereka sebagai silat Perisai Diri. Di sisi lain, murid-murid perguruan silat Eko Kalbu yang pernah didirikan oleh Pak Dirdjo masih berhubungan dengan beliau. Mereka tersebar di kawasan Banyumas, Purworejo dan Yogyakarta. Hanya saja perguruan ini kemudian memang tidak berkembang, namun melebur dengan sendirinya ke Perisai Diri, sama seperti HPPSI di Yogyakarta. Satu guru menjadikan peleburan perguruan ini menjadi mudah.

Pengalaman yang diperoleh selama merantau dan ilmu silat Siauw Liem Sie yang dikuasainya kemudian dicurahkannya dalam bentuk teknik yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan anatomi tubuh manusia, tanpa ada unsur memperkosa gerak. Semuanya berjalan secara alami dan dapat dibuktikan secara ilmiah. Dengan motto “Pandai Silat Tanpa Cedera”, Perisai Diri diterima oleh berbagai lapisan masyarakat untuk dipelajari sebagai ilmu beladiri.

6. Pencak silat Maruyung
Maruyung Adalah nama sebuah Padepokan Silat yang berada di Kab. Banyumas. Dimana pertama rintisannya berdiri di Pesantren daerah Majenang Kab. Cilacap. Dahulu Padepokan ini konon terbentuk dengan tujuan :
· Menyatukan pemuda – pemuda pemudi masyarakat sekitar yang sudah saling terpecah – pecah
· Mengumpulkan pemuda – mpemudi ang saling bermusuhan dengan memberi pelatihan beladiri guna menarik minat berlatih
· Memberi masukan sedikit – demi sedikit tentang wawasan keislaman secara terus menerus di saat latihan bela diri
· Menuntun menjadikan sesorang untuk mendekatkan diri dengan sang kuasa
· Membekali pemuda pemudinya untuk membela diri bila sewaktu waktu diperlukan.

Pendiri Padepokan
Dahulu kala ada seorang pengembara yang giat mensyiarkan agama islam dari daerah barat (Kulon), beliau terus mengadakan perjalanan ketimur. Syeh Abdullah Sayuti namanya. dimana setelah beliau sampai di Desa Pesahangan, Majenang beliau menetap guna mensyiarkan agama islam yang dibawanya.

Beliau membuka madrasah guna pembelajaran yang lebih efektif, namun pada realitanya hanya sebagian warga saja yang mau dan berkenan mengunjungi madrasah guna mengaji ilmu agama.
Untuk menangani hal tersebut inilah akhirnya beliau mengatur cara untuk dapat menarik warga sekitar untuk mau bergabung dan mau belajar tentang keagamaan. Cara yang digunakan beliau adalah dengan mengadakan latihan beladiri Pencak Silat sambil disisipi tauziyah keagamaan.sehingga berangsur angsur cara ini efektif dan berkembang menyesuaikan keadaan.
Syeh Abdullah Sayuti akhirnya tetap mengajarkan beladiri dan mensyiarkan agama islam sampai akhir hayatnya. Syeh Abdullah Sayuti akhirnya dimakamkan di Desa Pesahangan di tepi sungai di dekat bukit Maruyung.

Dalam perkembangannya perkumpulan silat ini terus berkembang tanpa nama, sampai puluhan tahun lamanya dan terbentuklah pergantian pimpinan sehingga mengalami perubahan sesuai perkembangan zaman.

Perkembangan Padepokan
Padepokan Silat Maruyung telah mendapatkan ijin dari IPSI (Ikatan Pencak Silat Indonesia). Dalam perkembangannya beladiri silat ini menyebar ke pelosak tanah air. Salah satunya ada yang ke Banyumas Purwokerto, dibawa oleh keturunan dari Syeh Abdullah Sayuti yang bernama Akhmad Mukto. Di pucuk pimpinan Akhmad Mukto inilah akhirnya Padepokan ini diberi nama Padepokan Maruyung.

Padepokan ini termasuk Salah satu Padepokan Tertua di Kab. Banyumas. Namanya sudah diakui dan dikenal di khalayak ramai. Pada tahun 1980-an Padepokan Maruyung mengalami puncak kejayaannya sehingga terkenal sebagai padepokan yang kuat. Angkatan pada tahun inilah banyak mencetak pendekar – pendekar handal yang berhasil, dan mereka kebanyakan merantau ke pelosok negeri sehingga menyebarkan dan mendirikan cabang – cabang Padepokan Maruyung. Baik merantau di pulau jawa maupun diluar pulau jawa, seperti Maruyung Bogor, Maruyung Sumatra, Maruyung Irian, Maruyung Kalimantan, Maruyung Batam dan masih banyak lagi cabang – cabang Maruyung lainnya.

Pada perkembangan berikutnya setelah Mbah Mukto kembali ke Lilahi Ta’ala tahun 2006,dimakamkan di Pemakaman Umum daerah Watu Mas, Purwokerto kemudian pucuk pimpinan Padepokan Maruyung digantikan oleh Menantu Mbah Mukto yang berasal dari Ajibarang, beliau bernama Arif Rofiudin. Di tangan beliaulah sekarang Padepokan Maruyung dipimpin.

Makna dari Padepokan Maruyung
Banyak yang bertanya tentang makna apa yang terkandung di dalamnya, sebenarnya Maruyung adalah nama simbolis yang berguna untuk penggambaran kehidupan diri kita dalam kehidupan kemasyarakatan bila kita bergabung di Padepokan ini. Makna Padepokan Maruyung antara lain sebagai berikut :
· Makna Maruyung
1. Ma : Ma’rifatulloh
2. Ruyung : Simbol keteguhan berpijak / Pohon Ruyung.
Artinya : Jika sudah waktunya dari akar sampai ujung pohon berguna semua ini berarti jika kita mengamalkan dengan baik maka kita akan dapat berguna di semua masyarakat dalam hal kebaikan tentunya.

· Makna Simbol dalam Logo Maruyung
1. Ibu Jari dan Jari Telunjuk : Dua kalimat Syahadat, Syahadat Taudid dan Rosul
“Assaduallailaha ilalloh, waashadu anna muhammadar rusululloh”
2. Bintang segi lima : Berdasarkan azaz Pancasila
3. Rantai : Menggambarkan bahwa sesama anggota adalah saudara dan saling penjaga persatuan dan kesatuan
4. Warna Merah : Selalu berani bertindak dan berbuat karena benar
5. Warna Putih : Suci dalam pikiran perkataan dan perbuatan
6. Warna Kuning : Simbol hati – hati, bahwa selalu bertindak dengan perhitungan yang benar, sehingga musuh tidak dicari tapi musuh datang pantang berlari.

Perkembangan Saat ini
Saat ini Padepokan Maruyung terus berkembang dan berkembang. Hal ini merupakan salah satu hasil kerja keras kepemimpinan Bpk Arif Rofiudin. Hampir di setiap pelosok ada cabang – cabang Padepokan Maruyung. Apalagi di Kab. Banyumas. Hampir semua desa ada Cabang Maruyung. Boleh dibilang bahwa padepokan maruyung berjalan secara merakyat, mengenai semua lapisan masyarakat.
Padepokan Maruyung terus mengadakan regenerasi, memasuki instansi formal dan informal, seperti sekolah – sekolah maupun organisasi masyarakat yang ada.

Dalam perkembangannya PS. Maruyung dibawah pimpinan Bpk Arif Rofiudin telah berhasil exis dijagad persilatan tanah air, banyak atlet yang tercipta berkualitas baik sampai ketingkat nasional.
Di kec. Ajibarang sendiri banyak sekolah – sekolah yang bekerja sama dengan PS. Maruyung sehingga menumbuhkan visi yaitu :
· Unggul dalam prestasi
· Prima dalam raga
· Iman kepada Tuhan Yang Maha Esa
· Santun dalam perilaku
Sekolah yang menjalin kerja sama dilingkungan Ajibarang antara lain
· MTs Ma’arif NU Ajibarang di bawah binaan langsung Bpk Arif Rofiudin
· SMK Ma’arif Nu Ajibarang di bawah binaan langsung Bpk Arif Rofiudin
· SMP PGRI 2 Ajibarang di bawah binaan Bpk Cipto Waluyo
· SMP PGRI 1 Ajibarang di bawah binaan Bpk Arif Rofiudin
· SMA Diponegoro Ajibarang
· Ponpes Al Munawir Ajibarang
· Dan masih banyak lagi yang lainnya

itu sekilas tenttang pencak silat yang saya ketahui, namun masih banyak dan begitu bbanyak yang ada di nnusantara ini. lebih lengkapnya bisa anda cari informasinya sendiri di padepokan-padepokan pencak silat yang ada. semoga artikel ini bisa bermanfaat. :D

0 Response to "6 aliran pencak silat paling di gandrungi masyarakat "

Post a Comment